.showpageArea a { text-decoration:underline; } .showpageNum a { text-decoration:none; border: 1px solid #cccccc; margin:0 3px; padding:3px; } .showpageNum a:hover { border: 1px solid #cccccc; background-color:#cccccc; } .showpagePoint { color:#333; text-decoration:none; border: 1px solid #cccccc; background: #cccccc; margin:0 3px; padding:3px; } .showpageOf { text-decoration:none; padding:3px; margin: 0 3px 0 0; } .showpage a { text-decoration:none; border: 1px solid #cccccc; padding:3px; } .showpage a:hover { text-decoration:none; } .showpageNum a:link,.showpage a:link { text-decoration:none; color:#333333; }

Senin, 22 April 2013

Semantik


 
2.1.Pengertian  Semantik

     Menurut Katz (1971:3) semantik adalah studi tentang makna bahasa. Sementara itu semantik menurut Kridala ksana dalam Kamus Linguistik adalah bagian struktur bahasa yang berhubungan dengan makna ungkapan dan juga dengan struktur makna suatu wicara.Secara singkat, semantik ini mengkaji tata makna secara formal (bentuk) yang tidak dikaitkan dengan konteks. Akan tetapi, ternyata ilmu yang mempelajari atau mengkaji makna ini tidak hanya semantik, ada juga pragmatik. Untuk membedakannya, berikut ini ada beberapa poin yang mudah untuk diingat dan dapat dengan jelas membedakan semantik dengan pragmatik.
     Keraf (1982) mengemukakanbahwa semantik adalah bahagian dari tatabahasa yang meneliti makna dalambahasa tertentu, mencari asal mula dan perkembangan dari arti suatu kata. Sedangkan Harimurti (1982) mengemukakan bahwanya, semantik adalahbagian dari struktur bahasa yang membahas makna suatu ungkapan atau kataatau cabang ilmu bahasa yang mengkaji antara lambang dan referennya,misalnya kata kata kursi bereferen dengan “sebuah benda yang fungsinyadipakai duduk dengan kaki terdiri atas empat” Berdasarkan pengertian di atas,semantik pada dasarnya merupakan salah satu cabang lingustik yang mengkaji terjadinya berbagai kemungkinan makna suatu kata dan pengembangannyaseiring dengan terjadinya perubahan dalam masyarakat bahasa.
     Semantik adalah ilmu yang mempelajari arti di dalam bahasa. Semantik berkaitan dengan hubungan makna seperti dalam sinonimi, antonimi, dan hiponimi. Teori semantik mempengaruhi ancangan untuk menggambarkan arti dari sebuah kata (Johnson et al. 1999: 286). Semantik merupakan ilmu pengetahuan yang direkam dalam pustaka bahasa dan dalam pola-pola pembentukannya untuk arti yang lebih rumit dan juga lebih luas sampai ke taraf arti dalam kata.
     Pandangan yang bermacam-macam dari para ahli mejadikan para ahli memiliki perbedaan dalam mengartikan semantik. Pengertian semantik yang berbeda-beda tersebut justru diharapkan dapat mngembangkan disiplin ilmu linguistik yang amat luas cakupannya. Berikut ini adalah pengertian semantic menurut beberapa ahli:
1.   Charles Morrist
Mengemukakan bahwa semantik menelaah “hubungan-hubungan tanda-tanda dengan objek-objek yang merupakan wadah penerapan tanda-tanda tersebut”.
2.   J.W.M Verhaar; 1981:9
Mengemukakan bahwa semantik (inggris: semantics) berarti teori makna atau teori arti, yakni cabang sistematik bahasa yang menyelidiki makna atau arti.
3.   Lehrer; 1974: 1
Semantik adalah studi tentang makna. Bagi Lehrer, semantik merupakan bidang kajian yang sangat luas, karena turut menyinggung aspek-aspek struktur dan fungsi bahasa sehingga dapat dihubungkan dengan psikologi, filsafat dan antropologi.
4.    Kambartel (dalam Bauerk, 1979: 195)
Semantik mengasumsikan bahwa bahasa terdiri dari struktur yang menampakan makna apabila dihubungkan dengan objek dalam pengalaman dunia manusia.
5.   Ensiklopedia britanika (Encyclopedia Britanica, vol.20, 1996: 313)
Semantik adalah studi tentang hubungan antara suatu pembeda linguistik dengan hubungan proses mental atau simbol dalam aktifitas bicara.
6.   Dr. Mansoer pateda
Semantik adalah subdisiplin linguistik yang membicarakan makna.
7.   Abdul Chaer
Semantik adalah ilmu tentang makna atau tentang arti. Yaitu salah satu dari 3 (tiga) tataran analisis bahasa (fonologi, gramatikal dan semantik).
8.   Ferdinand de Saussure (1966)
Semantik terdiri dari:
8.1.   Komponen yang mengartikan, yang berwujud bentuk dan bunyi bahasa.
8.2.   Komponen yang diartikan atau makna dari komponen yang pertama itu.
9.  Drs. Aminuddin, M.Pd
Semantik mengandung pengertian studi tentang makna dengan anggapan bahwa makna menjadi bagian dari bahasa, maka semantic merupakan bagian dari linguistik.


2.2.   Aspek-aspek yang dibahas dalam semantik

Diksi
Diksi ialah pilihan kata yang tepat untuk mengungkapkan gagasan sehingga memperoleh efek tertentu (KBBI,1997:233). Diksi menyangkut kecermatan dan ketelitian memilih sejumlah kata yang relative sinonim dalam konteks tertentu sehingga dapat memberikan kesan yang khusus,estetis,dan tepat. Misalnya penggunaan kata mati,meniggal dunia,wafat,tewas,mangkat,pulang kerahmatullah,mampus,tutup usia,tutup mata.
Kaitannya dengan diksi aau pilihan kata,perlu dipahami dengan baik tentang perbedaan antara:



2.2.1.   Kata baku dan non baku
Kata baku ialah kata yang sesuai kaidah tata bahasanya dan nonbaku ialah kata yang tidak sejalan standar kaidah bahasa yang tepat,misalnya:
Baku                                                         Tidak baku
Rapi                                                           rapih
Imbau                                                        himbau
Objek                                                        obyek
System                                                      sistim
Andal                                                        handal
Objek                                                        obyek
Izin                                                            isin
Teknik                                                       tehnik
Praktik                                                       praktek
Kuitansi                                                     kwitansi

2.2.2.   Kata abstrak dan konkret
Kata abstrak adalah kata yang tidak mempunyai rujukan/objek yang jelas secara inderawi,sedang kata konkret ialah kata rujukan berupa objek yang dapat diserap pancaindera,atau nyata,misalnya:
Abstrak: kesehatan,keadilan,kecintaan,dsb
Konkret:berdiskusi,buku,pesawat terbang,dsb

2.2.3.   Sinonim,antonym,homonym,homofon,homograf
Pengertian kelima istilah yang ada diatas menurut Keraf(1980) dan Tarigan(1986) adalah sbb:
2.2.3.1.   Sinonim terbagi atas sin ‘sama’ dan onim ‘nama’. Berdasar arti harfiah tersebut sinonim adalah kata yang tulisan dan lafalnya berbeda nnamun maknanya relatif mirip atau sama.
Misalnya:cerdas,pintar,pandai
2.2.3.2.   Antonim terdiri atas anti’lawan’ dan nonim’nama’. Berdasar arti harfiah tersebut antonim adalah kata yang tulisan dan ucapannya sama sedangkan maknanya berlaanan.
Misalnya: besar x kecil,tinggi x rendah
2.2.3.3.   Homograf adalah kata yang sama tulisan tetapi berbeda ucapan dan maknanya
Misalnya: mental(terpelanting) dengan mEntal(jiwa)
2.2.3.4.   Homofon adalah k0ata yang relatif sama bunyinya tetapi tulisan dan maknanya berbeda.
Misalnya: bang(kakak) dengan bank(tempat menabung) 
2.2.3.5.   Homonim adalah kata yang tulisan dan ucapannya sama tetapi maknanya berbeda.
Misalnya:bisa(dapat) dan bias(racun ular)

2.3.   Perubahan Makna

2.3.1.   Meluas (Generalisasi)
Perubahan makna meluas adalah gejala yang terjadi pada sebuah kata atau leksem yang pada mulanya hanya memiliki sebuah makna, tetapi kemudian karena berbagai faktor menjadi memiliki makna-makna lain. Umpamanya pada kata saudara, pada mulanya hanya bermakna ‘seperut’ atau ‘sekandung’. Kemudian maknanya berkembang menjadi ‘siapa saja yang sepertalian darah’. Akibatnya, anak paman pun disebut saudara.
Proses perluasan makna ini dapat terjadi dalam waktu yang relatif singkat, tetapi dapat terjadi dalam kurun waktu yang cukup lama. Namun, yang perlu diingat adalah bahwa makna-makna lain yang terjadi sebagai hasil perluasan iu masih berada dalam lingkup poliseminya. Jadi, makna-makna itu masih ada hubungannya dengan makna aslinya.
Perubahan makna meluas adalah gejala yang terjadi pada sebuah kata atau leksem yang pada mulanya hanya memiliki sebuah makna, tetapi kemudian karena berbagai faktor menjadi memiliki makna-makna lain. Umpamanya pada kata saudara, pada mulanya hanya bermakna ‘seperut’ atau ‘sekandung’. Kemudian maknanya berkembang menjadi ‘siapa saja yang sepertalian darah’. Akibatnya, anak paman pun disebut saudara.
Proses perluasan makna ini dapat terjadi dalam waktu yang relatif singkat, tetapi dapat terjadi dalam kurun waktu yang cukup lama. Namun, yang perlu diingat adalah bahwa makna-makna lain yang terjadi sebagai hasil perluasan iu masih berada dalam lingkup poliseminya. Jadi, makna-makna itu masih ada hubungannya dengan makna aslinya.
2.3.2.   Menyempit (Spesialisasi)
Perubahan menyempit adalah gejala yang terjadi pada sebuah kata yang pada mulanya mempunyai makna yang cukup luas, kemudian berubah menjadi terbatas hanya pada sebuah makna saja. Misalnya kata sarjana yang pada mulanya berarti ‘orang pandai’ atau ‘cendikiawan’, kemudian hanya berarti ‘orang yang lulus dari perguruan tinggi’, seperti tampak pada sarjana sastra, sarjana ekonomi, dan sarjana hokum.
2.4.3.   Perubahan Total
Perubahan total adalah berubahnya sama sekali makna sebuah kata dari makna aslinya. Memang ada kemungkinan makna yang dimiliki sekarang masih ada sangkut pautnya dengan makna asal, tetapi sangkut pautnya ini tampaknya sudah jauh sekali. Misalkan, kata ceramah yang dulunya berarti 'cerewet', tetapi sekarang kata itu berarti 'pidato' atau 'uraian'.
2.4.4.   Penghalusan (Ufemia)
Dalam pembicaraan mengenai penghalusan ini maka akan berhadapan dengan gejala yang ditampilkannya kata-kata atau bentuk-bentuk yang dianggap memiliki makna yang lebih halus atau lebih sopan dari kata atau ujaran sebelumnya. Misalnya pada kata babu diganti dengan pembantu rumah tangga dan kini diganti lagi menjadi pramuwisma.
2.4.5.   Pengasaran
Kebalikan dari penghalusan adalah pengasaran (disfemia), yaitu usaha untuk mengganti kata yang maknanya halus atau bermakna biasa dengan kata yang maknanya kasar. Usaha-usaha atau gejala pengasaran ini biasanya dilakukan orang dalam situasi yang tidak ramah atau untuk menunjukkan kejengkelan. Misalnya kata atau ungkapan masuk kotak dipakai untuk menggantikan kata kalah seperti pada kalimat Taufik sudah masuk kotak.
2.4.6.   Peninggian (Ameliorasi)
Ameliorasi atau peninggian kata adalah sebuah perubahan makna dimana arti baru dirasakan lebih tinggi atau lebih baik nilai rasanya dari arti yang lama. Misalkan, kata wanita dirasakan lebih tinggi nilai rasanya daripada kata perempuan. Ada juga pada kata pemberian menjadi anugerah.
2.4.7.   Pertukaran (Sinestesia)
 Sinestesia ialah perubahan makna akibat pertukaran tanggapan dua indera yang berbeda dari indera penglihatan ke indera pendengar, dari indera perasa ke indera pendengar, dan sebagainya.
Contoh:
Suaranya terang sekali      (pendengaran penglihatan)
Rupanya manis                  (penglihatan perasa)
Namanya harum                (pendengaran penciuman)
2.2.8.   Persamaan (asosiasi)
Asosiasi ialah perubahan makna yang terjadi akibat persamaan sifat antara makna lama dan makna baru.
Contoh:
Makna lama:                                                 makna baru
Amplop :sampul surat                                     uang sogok
Bunga :kembang                                             gadis cantik
Mencatut :mencabut dengan catut                  menarik keuntungan

2.2.9.   Metafora
Perubahan makna pada sebuah kata yang melukiskan sesuatu dengan perbandingan langsung dan tepat atas dasar sifat yang sama atau hampir sama, tanpa kata pembanding seperti atau sebagai di antara dua hal yang berbeda.
Contoh:
Raja siang telah pergi keperaduannya. ( raja siang = matahari )
Dewi malam telah keluar dari balik awan. ( dewi malam = bulan )
Tulisan cakar ayam itu tidak dapat dibaca. ( cakar ayam = jelek)


2.4.   Jenis-jenis Makna
Jenis makna yag dimaksud meliputi makna leksikal-gramatikal,makna lugas-kias, dan makna denotasi-konotatif. Ketiga jenis tersebut diuraikan satu per satu sebagai berikut:
2.4.1.   Makna lesikal dan makna gramatikal
Makna lesikal adalah makna kata secara lepas tanpa ikatan dengan kata yang lainnya atau kaya yang belum mengalami afiksasi atau perulangan,misalnya makan,satu,mata.
Makna gramatikal adalah makna baru yang timbul akibat terjadinya peristiwa gramatikal (pengimbuhan,reduplikasi,atau pemajemukan), misalnya mkanan,satu-satu,matahari

2.4.2.   Makna lugas dan makna kias
Makna lugas adalah makna yang acuannya(referen) cocok dengan makna dasarnya,misalnya kaki(alat berjalan), mata(alat melihat). Sedangkan makna kias adalah makna yang acuannya(referen) tidak sesuai dengan acuan dasarnya.
Misalnya:
Mata-mata (penyelidik)
Kaki tangan (orang suruhan dalam hal negatif)

2.4.3.   Makna denotatif dan makna konotatif
Makna denotatif adalah makna kata yang tidak mengandung nilai rasa (positif atau negatif),sedangkan makna konotatif adalah makna kata yang mengandung nilai rasa (positif atau negatif)
Misalnya:
denotatif: pembantu
konotatif:asisten dan baku.
Tarigan(1986) membagi konotatif atas dua bagian,yaitu konotatif individual dan konotatif kolektif. Konotatif kolektif dibagi atas:
1.4.3.1  Konotatif baik terdiri atas konotatif tinggi dan konotatif ramah
1.4.3.1.1     Konotatif tinggi:ikhtiar,imajinasi cakrawala
1.4.3.1.2     Konotatif ramah:akur,besuk,cicil
1.4.3.2  Konotatif tidak baik terdiri atas:
1.4.3.2.1     Konotatif berbahaya,contohnya:longsor dan hantu
1.4.3.2.2     Konotatif tidak pantas,contohnya:kencing dan sundal
1.4.3.2.3     Konotatif tidak enak,contohnya:mata duitan dan mata keranjang
1.4.3.2.4     Konotatif kasar,contohnya:buta huruf dan bodoh
1.4.3.2.5     Konotatif keras,contohnya:bobrok dan kacau balau
1.4.3.3  Konotatif netral atau konotatif biasa:
1.4.3.3.1     Konotatif bentukan sekolah, misalnya:agak lumayan, pegawai negeri
1.4.3.3.2     Konotatif kanak-kanak,misalnya:bobo,mami,papi
2.5.   Kaidah Umum Semantik
                                                          
2.5.1.      Hubungan antara leksem dengan acuannya bersifat arbitrer. Contoh: kata ‘kursi’ dengan media (yang sekarang kita ketahui wujudnya dan dinamakan kursi) itu tidak bersifat mutlak, tetapi arbitrer. Tidak ada alasan kenapa media tersebut dinamakan ‘kursi’.
2.5.2.      Kajian waktunya ada yang sinkronik (melihat makna dalam kurun waktu tertentu, sehingga maknanya bersifat tetap, tidak mengalami perubahan baik dulu maupun sekarang) dan diakronik (melihat makna dalm kurun waktu panjang, sehingga maknanya relatif berubah.) Contoh diakronik adalah kata ‘bapak’. Dahulu, kata ‘bapak’ digunakan pada seorang laki-laki yang mempunyai hubungan darah (dengan anaknya), sedangkan sekarang kata ‘bapak’ dapat digunakan pada seseorang yang tidak mempunyai hubungan darah sekalipun, belum tua, dan bahkan belum menikah, misalnya ‘Bapak guru’, ‘Bapak walikota’, ‘Bapak camat’, dsb.
2.5.3.      Beda bentuk, beda makna.
Contoh kata ‘bisa’ dan ‘dapat’, di mana arti keduanya bersinonim. Akan tetapi, setelah keduanya mendapatkan proses morfologis, misalkan afiksasi ‘peN- + -an’, sehingga bentuknya menjadi ‘pembisaan’ dan ‘pendapatan’. Jelas sekali kata ‘dapat’ yang diberi proses morfologis itu lebih berterima daripada kata ‘bisa’ setelah mendapat proses morfologis.
2.5.4.      Setiap bahasa memiliki sistem semantik sendiri.
Contoh:
Kata ‘pipis’, dalam Bahasa Sunda kata tersebut berarti ‘air kencing’, tetapi dalam Bahasa Bali kata tersebut berati ‘uang jajan’. Contoh lainnya yaitu ‘kodok’, dalam Bahasa Sunda berarti ‘mengambil sesuatu dari sebuah lubang yang dalam’, sedangkan dalam Bahasa Indonesia berarti ‘katak’.
2.5.5.      Makna berkaitan dengan pandangan hidup/budayanya.
Pada poin ini berkaitan dengan tabu atau tidaknya penggunaan kata tersebut di suatu masyarakat. Contoh kata ‘anjing’, bagi orang Islam kata ‘anjing’ dapat dimaknai sebagai sesuatu yang bernajis, tetapi bagi orang Kristen dapat dimaknai sebagai hewan yang lucu dan menggemaskan. Contoh lainnya yaitu kata ‘momok’, bagi masyarakat Indonesia (umum) kata tersebut berarti sesuatu yang menakutkan, tetapi bagi masyarakat Sunda kata tersebut berati vagina. Satu contoh lagi yaitu kata ‘butuh’, bagi masyarakat Indonesia (umum) kata tersebut berati ‘perlu’, tetapi bagi masyarakat di Kalimantan dapat berarti ‘nama kemaluan pria’.
2.5.6.      Luasnya bentuk ≠ luasnya makna.
Secara bentuk, semakin lebar (kata-kata yang digunakan) maka semakin sempit maknanya, begitu sebaliknya.

Contoh:
Kereta
Kereta api
Kereta api ekspres
Bandingkan makna kata ‘kereta’ dengan makna yang terkandung dalam ‘kereta api ekspres’. Secara bentuk, kata ‘kereta’ lebih simpel daripada ‘kereta api ekspres’. Akan tetapi secara makna, makna ‘kereta’ masih terlalu luas, apakah yang dimaksudkan itu kereta api atau kereta uap, atau kereta apa? Sedangkan makna ‘kereta api ekspres’ sudah jelas berarti kereta api khusus yang lajunya lebih cepat dan fasilitas serta pelayanannya lebih baik daripada kereta api ekonomi


2.6.   Penamaan dalam Semantik
Penamaan dalam semantik ini ada 8 penyebab yaitu:
2.6.1.   Peniruan bunyi; contohnya ‘tokek’ disebut demikian karena bunyi hewan tersebut adalah ‘tokek-tokek’. Penamaan sesuatu berdasarkan peniruan bunyinya disebut ONOMATOPE.
2.6.2.   Penyebutan bagian; contoh “Ibu membeli empat ekor ayam” yang dimaksud kalimat tersebut pastilah bukan hanya ekor ayamnya saja yang dibeli ibu, tetapi ayam secara keseluruhan.
2.6.3.   Penyebutan sifat khas; contoh ‘si kerdil’ karena anak tersebut tetap berbadan kecil, tidak tumbuh menjadi besar.
2.6.4.   Penemu dan pembuat; contoh ‘Aqua’ dan ‘kodak’, kalau kita mau membeli air minum dalma kemasan, pasti kita akan berkata, “Pak, beli Aqua satu botol.” Padahal di toko tersebut tidak ada air minum kemasan bermerek Aqua. Demikian juga dengan ‘Kodak’ yang merupakan nama merek sebuah kamera.
2.6.5.   Tempat asal; contoh kata ‘magnet’ berasal dari nama tempat Magnesia, nama burung ‘kenari’ diambil dari asal burung itu berada yaitu Pulau Kenari di Afrika, ikan ‘sarden’ berasal dari Pulau Sardinia di Italia. Ada juga nama piagam atau perjanjian-perjanjian besar seperti ‘Piagam Jakarta’ karena tempatnya di Jakarta, ‘Perjanjian Linggarjati’ karena pelaksanaan perjanjian tersebut di Linggarjati.
2.6.6.   Bahan; contoh nama karung ‘goni’ karena bahan karung tersebut dari goni, dan ‘bambu runcing’ karena benda tersebut terbuat dari bambu dan ujungnya runcing.
2.6.7.   Keserupaan; perhatikan contoh ‘kaki’, ‘kaki gunung’, ‘kaki kursi’, dan ‘kaki meja’, hal yang sama dari empat contoh tersebut adalah letaknya, di mana letak kaki selalu ada di bawah. Contoh lain misalnya ‘kepala’, ‘kepala masinis’, ‘kepala sekolah’, dan ‘kepala surat’, hal yang sama pada kata-kata tersebut yaitu letaknya, di mana letak kepala selalu berada di atas, ‘kepala surat’ selalu diletakkan di bagian atas kan?
2.6.8.    Pemendekan; contoh ‘UPI’ menjadi nama sebuah universitas negeri di Bandung, padahal namanya bukan UPI, tetapi Universitas Pendidikan Indonesia. Contoh lain yaitu ‘cireng’ yang menjadi nama sebuah makanan ringan, ‘cireng’ merupakan kependekan dari ‘aci digoreng’.



 sumber:
Faisal,M,dkk.2009.Kajian Bahasa Indonesia SD.,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
http://robita.wordpress.com/2011/03/30/semantik-bahasa-indonesia/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar