2.1.
Pengertian Perkembangan
Perkembangan (development) adalah
bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih
kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari
proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel
tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian
rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga
perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan
lingkungannya (Soetjiningsih, 1998).
Periode penting dalam tumbuh kembang anak
adalah masa balita. Karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan
mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa ini
perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial, kesadaran
emosional dan inteligensia berjalan sangat cepat.
Perkembangan adalah perubahan psikologis
sebagai hasil dari proses pematangan fungsi psikis dan fisik pada diri anak,
yang di tunjang oleh faktor lingkungan dan proses belajar dalam peredaran waktu
tertentu menuju kedewasaan dari lingkungan yang banyak berpengaruh dalam
kehidupan anak menuju dewasa.
2.2.
Faktor-faktor Yang
Mempengaruhi Perkembangan
1.
Faktor Intrinsik
Faktor instrinsik
yang mempengaruhi kegagalan berkembang terutama berkaitan dengan terjadinya
penyakit pada anak, yaitu:
a. Kelainan kromosom (misalnya sindroma Down dan sindroma
Turner)
b. Kelainan pada sistem endokrin, misalnya kekurangan hormon tiroid,
kekurangan hormon pertumbuhan atau kekurangan hormon lainnya
c. Kerusakan otak atau sistem saraf pusat yang bisa menyebabkan
kesulitan dalam pemberian makanan pada bayi dan menyebabkan keterlambatan
pertumbuhan.
d. Kelainan pada sistem jantung dan pernafasan yang bisa menyebabkan
gangguan mekanisme penghantaran oksigen dan zat gizi ke seluruh tubuh.
e. Anemia atau penyakit darah lainnya
f. Kelainan pada sistem pencernaan yang bisa menyebabkan malabsorbsi
atau hilangnya enzim pencernaan sehingga kebutuhan gizi anak tidak
terpenuhi
Menurut Soetjiningsih secara umum terdapat dua faktor yang mempengaruhi
tumbuh kembang anak yaitu faktor genetik (instrinsik) dan faktor lingkungan
(ekstrinsik). Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir
proses tumbuh kembang anak. Faktor ini adalah bawaan yang normal dan patologis,
jenis kelamin, suku bangsa / bahasa, gangguan pertumbuhan di negara maju lebih
sering diakibatkan oleh faktor ini, sedangkan di negara yang sedang berkembang,
gangguan pertumbuhan selain di akibatkan oleh faktor genetik juga faktor
lingkungan yang kurang memadai untuk tumbuh kembang anak yang optimal.
2.
Faktor Ekstrinsik
Yang merupakan faktor
ekstrinsik:
a.
Faktor psikis dan sosial
(misalnya tekanan emosional akibat penolakan atau kekerasan dari orang tua).
b.
Depresi bisa menyebabkan nafsu makan anak berkurang. Depresi bisa terjadi
jika anak tidak mendapatkan rangsangan sosial yang cukup, seperti yang dapat
terjadi pada bayi yang diisolasi dalam suatu inkubator atau pada anak
yang kurang mendapatkan perhatian dari orang tuanya.
c.
Faktor ekonomi (dapat
mempengaruhi masalah pemberian makanan kepada anak, tempat tinggal dan perilaku
orang tua). Keadaan ekonomi yang pas-pasan dapat menyebabkan anak tidak
memperoleh gizi yang cukup untuk perkembangan dan pertumbuhannya
d.
Faktor lingkungan (termasuk
pemaparan oleh infeksi, parasit atau racun). Lingkungan merupakan faktor yang
menentukan tercapai atau tidaknya potensi bawaan. Lingkungan yang cukup baik
akan memungkinkan tercapainya potensi bawaan sedangkan lingkungan yang kurang baik
akan menghambatnya. Lingkungan ini merupakan lingkungan
“bio-psiko-fisiko-sosial” yang mempengaruhi individu setiap hari, mulai dari
konsepsi sampai akhir hayatnya.
3.
Faktor Pendukung
Faktor – faktor pendukung perkembangan anak, antara lain :
a.
Terpenuhi kebutuhan gizi pada
anak tersebut
b.
Peran aktif orang tua
c.
Lingkungan yang merangsang
semua aspek perkembangan anak
d.
Peran aktif anak
e.
Pendidikan orang tua (Soetjiningsih, 1998).
2.3.
Fase Perkembangan Pada
Masa Usia Pra Sekolah
Pada masa usia pra sekolah ini dapat
diperinci lagi menjadi 2 masa, yaitu masa vital dan masa estetik.
1.
Masa Vital
Pada masa ini, individu menggunakan
fungsi-fungsi biologis untuk menemukan berbagai hal dalam dunianya. Untuk masa
belajar, Freud menamakan tahun pertama dalam kehidupan individu ini sebagai
masa oral, karena mulut dipandang sebagai sumber kenikmatan. Anak memasukkan
apa saja yang dijumpai ke dalam mulutnya, tidaklah karena mulut merupakan
sumber kenikmatan utama tetapi karena waktu itu mulut merupakan alat untuk
melakukan eksplorasi dan belajar (Elizabeth B. Hurlock, 1999).
Pada tahun kedua telah belajar berjalan,
dengan mulai berjalan anak akan mulai belajar menguasai ruang. Mula-mula ruang
tempatnya saja, kemudian ruang dekat dan selanjutnya ruang yang jauh. Pada
tahun kedua ini umumnya terjadi pembiasaan terhadap kebersihan (kesehatan).
Melalui latihan kebersihan ini, anak belajar mengendalikan impuls-impuls atau
dorongan-dorongan yang datang dari dalam dirinya (umpamanya buang air kecil dan
air besar) (Elizabeth B. Hurlock, 1999).
2.
Masa Estetik
Pada masa ini dianggap sebagai masa
perkembangan rasa keindahan. Kata estetik disini dalam arti bahwa pada masa ini
perkembangan anak yang terutama adalah fungsi panca inderanya. Pada masa ini,
panca indera masih peka karena itu Montessori menciptakan bermacam – macam alat
permainan untuk melatih panca inderanya (Yusuf, 2001: 69).
Pertumbuhan
Fisik
Penampilan maupun gerak gerik anak usia
prasekolah mudah dibedakan dengan anak yang berada dalam tahapan sebelumnya.
a.
Anak
prasekolah umumnya aktif. Mereka telah memiliki penguasaan atau kontrol
terhadap tubuhnya dan sangat menyukai kegiatan yang dilakukan sendiri.
b.
Setelah
anak melakukan berbagai kegiatan, anak membutuhkan istirahat yang cukup,
seringkali anak tidak menyadari bahwa mereka harus beristirahat cukup. Jadwal
aktivitas yang tenang diperlukan anak.
c.
Otot-otot
besar pada anak prasekolah lebih berkembang dari kontrol terhadap jari dan
tangan. Oleh karena itu biasanya anak belum terampil, belum bisa melakukan
kegiatan yang rumit, seperti mengikat tali sepatu.
d.
Anak
masih sering mengalami kesulitan apabila harus memfokuskan pandangannya pada
obyek-obyek yang kecil ukurannya, itulah sebabnya koordinasi tangan masih
kurang sempurna.
e.
Walaupun
tubuh anak lentur, tetapi tengkorak kepala yang melindungi otak masih lunak
(soft)
Perkembangan Motorik
Di usia prasekolah,
gerakan tangan anak (handstroke) sudah pada taraf membuat pola (pattern
making). Ini tingkat paling sulit karena anak harus membuat bangun/bentuk
sendiri. Jadi, betul-betul dituntut hanya mengandalkan imajinasinya. Sedangkan
pada keterampilan motorik kasar, anak usia prasekolah sudah mampu menggerakkan
seluruh anggota tubuhnya untuk melakukan gerakan-gerakan seperti berlari,
memanjat, naik-turun tangga, melempar bola, bahkan melakukan dua gerakan
sekaligus seperti melompat sambil melempar bola.
Perkembangan
Kreativitas
Kreativitas imajiner (orang, benda, atau
binatang yang diciptakan anak dalam khayalannya) dan animasi (kecenderungan
mengganggap benda mati sebagai benda hidup) yang merupakan kreativitas awal di
masa batita sudah mulai ditinggalkan. Sebagai gantinya, anak prasekolah
cenderung melakukan dusta putih (white lie) atau membual. Tujuannya bukan untuk
menipu orang lain, tapi karena ia merasa yakin hal itu benar. Ia ingin
bualannya didengar. Perlu diketahui, pada masa prasekolah, anak sudah mulai
menunjukkan ego dan otoritasnya. Misal, ia melihat seekor naga hitam melintas
di depan rumah. Anak ini merasa yakin dan ingin orang lain juga turut
meyakininya. Kelak, sejalan
dengan pertambahan usianya dimana anak mulai membedakan antara khayalan dan
kenyataan, kebiasaan membual mulai hilang. Sebaliknya, orang dewasa juga jangan
membiarkan anak untuk terus-terusan membual berlebihan. Sebab, bila hal ini
dibiarkan, membual dan melebih-lebihkan yang dilakukan dengan tujuan
mengesankan orang lain, malah berbuah menjadi kebohongan yang mungkin menjadi
kebiasaan.
Perkembangan Emosi
Salah satu tolak ukur kepribadian yang baik
adalah kematangan emosi. Semakin matang emosi seseorang, akan kian stabil pula
kepribadiannya. Untuk anak usia prasekolah, kemampuan mengekspresikan diri bisa
dimulai dengan mengajari anak mengungkapkan emosinya. Jadi, anak prasekolah dapat diajarkan bersikap asertif, yaitu sikap
untuk menjaga hak-haknya tanpa harus merugikan orang lain. Saat mainannya
direbut, kondisikan agar anak melakukan pembelaan. Entah dengan ucapan,
semisal, “Itu mainan saya. Ayo kembalikan!”, atau dengan mengambil kembali
mainan tersebut tanpa membahayakan siapa pun.
Ciri Emosional Pada Anak Prasekolah :
a.
Anak
TK cenderung mengekspreseikan emosinya dengan bebas dan terbuka. Sikap marah
sering diperlihatkan oleh anak pada usia tersebut.
b.
Iri
hati pada anak prasekolah sering terjadi, mereka seringkali memperebutkan
perhatian guru.(Ananda 2010).
Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial merupakan pencapaian
kematangan dalam hubungan sosial, dapat juga diartikan sebagai proses belajar
untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral, dan tradisi.
Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh proses perlakuan atau
bimbingan orang tua terhadap anak dalam mengenalkan berbagai aspek kehidupan
sosial, atau norma- norma kehidupan bermasyarakat..
Ciri Sosial Ciri Anak Prasekolah atau TK
1.
Umumnya
anak pada tahapan ini memiliki satu atau dua sahabat, tetapi sahabat ini cepat
berganti, mereka umumnya dapat cepat menyesuaikan diri secara sosial, mereka
mau bermain dengan teman. Sahabat yang dipilih biasanya yang sama jenis
kelaminnya, tetapi kemudian berkembang sahabat dari jenis kelamin yang berbeda.
2.
Kelompok
bermain cenderung kecil dan tidak terorganisasi secara baik, oleh karena
kelompok tersebut cepat berganti-ganti.
3.
Anak
lebih mudah seringkali bermain bersebelahan dengan anak yang lebih besar.
Parten (1932) dalam social participation among preschool children melalui
pengamatannya terhadap anak yang bermain bebas di sekolah, dapat membedakan
beberapa tingkah laku sosial:
a.
Tingkah laku unoccupied.
Anak tidak bermain dengan sesungguhnya. Ia mungkin berdiri di sekitar anak lain
dan memandang temannya tanpa melakukan kegiatan apapun.
b.
Bermain
soliter. Anak bermain sendiri dengan menggunakan alat permainan, berbeda dari
apa yang dimainkan oleh teman yang berada di dekatnya, mereka berusaha untuk
tidak saling berbicara.
c.
Tingkah
laku onlooker anak menghasilkan tingkah laku dengan mengamati. Kadang memberi
komentar tentang apa yang dimainkan anak lain, tetapi tidak berusaha untuk
bermain bersama.
d.
Bermain
pararel. Anak-anak bermain dengan saling berdekatan, tetapi tidak sepenuhnya
bermain bersama dengan anak lain, mereka menggunakan alat mainan yang sama,
berdekatan tetapi dengan cara tidak saling bergantung.
e.
Bermain
asosiatif. Anak bermain dengan anak lain tanpa organisasi. Tidak ada peran
tertentu, masing-masing anak bermain dengan caranya sendiri-sendiri.
f.
Bermain
Kooperatif. Anak bermain dalam kelompok di mana ada organisasi. Ada
pemimpinannya, masing-masing anak melakukan kegiatan bermain dalam kegiatan,
misalnya main toko-tokoan, atau perang-perangan.
Perkembangan Moral
Kemampuan sosialisasi yang berkembang membawa
anak usia prasekolah masuk ke dalam berbagai kelompok baru di luar rumah, yaitu
sekolah dan lingkungan sekitarnya. Sebagai bagian dari kelompok, anak
prasekolah belajar mematuhi aturan kelompok dan menyadari konsekuensinya bila
tidak mengikuti aturan tersebut. Anak
usia prasekolah belajar perilaku moral lewat peniruan. Itulah sebabnya,
orang-orang dewasa harus menghindari melakukan hal-hal yang buruk, semisal
bicara kasar, memukul, mencela, dan lain-lainnya di depan anak. Sosialisasi juga membawa anak pada risiko konflik, terutama dengan
teman sebaya. Oleh karenanya, kemampuan memecahkan konflik merupakan modal yang
harus dimiliki anak. Semakin baik kemampuannya dalam hal ini, maka
kepribadiannya akan semakin stabil. Anak yang pandai mengatasi konflik umumnya
akan mudah pula mengatasi masalah dalam hidupnya, entah di sekolah, di rumah,
ataupun kelak di tempat bekerja.
Perkembangan Kognitif
Ciri Kognitif Anak Prasekolah atau TK
1.
Anak
prasekolah umumnya terampil dalam berbahasa. Sebagian dari mereka senang
berbicara, khususnya dalam kelompoknya, sebaiknya anak diberi kesempatan untuk
berbicara, sebagian dari mereka dilatih untuk menjadi pendengar yang baik.
2.
Kompetensi
anak perlu dikembangkan melalui interaksi, minat, kesempatan, mengagumi dan
kasih sayang. Ainsworth dan Wittig (1972) serta Shite dan Wittig (1973)
menjelaskan cara mengembangkan agar anak dapat berkembang menjadi kompeten
dengan cara sebagai berikut:
a.
Lakukan
interaksi sesering mungkin dan bervariasi dengan anak.
b.
Tunjukkan
minat terhadap apa yang dilakukan dan dikatakan anak.
c.
Berikan
kesempatan kepada anak untuk meneliti dan mendapatkan kesempatan dalam banyak
hal.
d.
Berikan
kesempatan dan dorongan maka untuk melakukan berbagai kegiatan secara mandiri.
e.
Doronglah
anak agar mau mencoba mendapatkan ketrampilan dalam berbagai tingkah laku.
f.
Tentukan
batas-batas tingkah laku yang diperbolehkan oleh lingkungannya.
g.
Kagumilah
apa yang dilakukan anak.
h.
Sebaiknya
apabila berkomunikasi dengan anak, lakukan dengan hangat dan dengan ketulusan
hati.
Keterampilan Gender
Anak prasekolah sudah mampu membedakan pria dan
wanita yang dilihat dari penampilan yang berbeda, pakaian yang berbeda dan
rambut yang berbeda. Beberapa anak juga mulai memahami organ-organ tubuh yang
berbeda pada pria dan wanita karena orang tua mereka mulai memperkenalkannya,
entah lewat pengamatan langsung atau lewat buku-buku. Tetapi tidak semua anak
di usia ini punya keterampilan membedakan melalui anatomi fisik/organ intim
karena beberapa orang tua masih enggan membicarakan soal peran seks pada anak
mereka di usia prasekolah. (Santi Hartono, 2010).
2.4
Tugas Perkembangan Pada
Masa Usia Pra Sekolah
Havighurst (1961) mengartikan tugas
perkembangan adalah merupakan suatu tugas yang muncul pada periode tertentu
dalam rentang kehidupan individu, yang apabila tugas itu dapat berhasil
dituntaskan akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan dalam menuntaskan tugas
berikutnya, sementara apabila gagal maka akan menyebabkan ketidak bahagiaan
pada diri individu yang bersangkutan, menimbulkan penolakan masyarakat dan
kesulitan-kesulitan dalam menuntaskan tugas-tugas berikutnya.
Tugas perkembangan ini berkaitan dengan
sikap, perilaku atau keterampilan yang seyogyanya dimiliki oleh individu sesuai
dengan usia atau fase perkembangan-nya, seperti tugas yang berkaitan dengan
perubahan kematangan, persekolahan, pekerjaan, pengalaman beragama dan hal
lainnya sebagai prasyarat untuk pemenuhan dan kebahagiaan hidupnya. Tugas-tugas
perkembangan pada usia 0 sampai 6 tahun adalah sebagai berikut :
a.
Belajar berjalan
b.
Belajar memakan makanan padat
c.
Belajar berbicara
d.
Belajar buang air kecil dan
buang air besar
e.
Belajar mengenal perbedaan
jenis kelamin
f.
Mencapai kestabilan jasmaniah
fisiologis
g.
Membentuk konsep-konsep
(pengertian) sederhana kenyataan sosial dan alam
h.
Belajar mengadakan hubungan
emosional dengan orang tua, saudara / orang lain
i.
Belajar mengadakan hubungan
baik dan buruk (mengembangkan kata hati).
Menurut Elizabeth Hurlock
(1999) tugas-tugas perkembangan anak usia 4 - 5 tahun adalah sebagai berikut:
a.
Mempelajari ketrampilan fisik
yang diperlukan untuk permainan yang umum
b.
Membangun sikap yang sehat mengenal
diri sendiri sebagai mahluk yang sedang tumbuh
c.
Belajar menyesuaikan diri
dengan teman seusianya
d.
Mulai mengembangkan peran
sosial pria atau wanita yang tepat
e.
Mengembangkan
ketrampilan-ketrampilan dasar untuk membaca, menulis dan berhitung
f.
Mengembangkan
penngertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari
g.
Mengembangkan hati nurani,
pengertian moral dan tingkatan nilai
h.
Mengembangkan sikap terhadap
kelompok-kelompok sosial dan lembaga-lembagaMencapai kebebasan pribadi
Suherman (2000) menjelaskan secara ringkas
tugas-tugas perkembangan anak usia 4 - 5 tahun sebagai berikut:
a.
Berdiri dengan satu kaki
(gerakan kasar)
b.
Dapat mengancingkan baju
(gerakan halus)
c.
Dapat bercerita
sederhana(bahasa bicara dan kecerdasan)
d.
Dapat mencuci tangan sendiri
(bergaul dan mandiri)
2.5 Stimulasi Perkembangan
Anak Usia 4-5 Tahun
Stimulasi yang diperlukan anak usia 4-5 tahun adalah :
1.
Gerakan kasar, dilakukan dengan
memberi kesempatan anak melakukan permainan yang melakukan ketangkasan dan
kelincahan.
2.
Gerakan halus, dirangsang
misalnya dengan membantu anak belajar menggambar.
3.
Bicara bahasa dan kecerdasan,
misalnya dengan membantu anak mengerti satu separuh dengan cara membagikan kue.
4.
Bergaul dan mandiri, dengan
melatih anak untuk mandiri, misalnya bermain ke tetangga (Suherman, 2000).
http://forbetterhealth.files.wordpress.com/2009/02/perkembangan-anak
-usia-pra-sekolah.pdf
http://pgtk--darunnajah.blogspot.com/2011/03/pertumbuhan-dan-perkembangan-anak-usia.html#ixzz2A0F4uhmV
Tidak ada komentar:
Posting Komentar